MELESTARIKAN POHON KEPEL
05 Maret 2008
Sampai sekarang penangkaran bibit pohon kepel hanya dapat dilakukan dengan biji. Usaha penangkaran dengan setek, tempelan, dan okulasi masih belum berhasil. Belum diketahui apa penyebabnya, sehingga belum ditemukan cara mengatasinya.
Biji untuk itu harus diambil dari buah yang benar-benar sudah masak. Yaitu buah yang sudah jatuh sendiri di tanah. Tetapi kalau bukan kita sendiri yang memungut buah, melainkan orang lain yang kita minta, sangat boleh jadi kumpulan buah yang diserahkan kepada kita tercampur buah mentah yang bukan buah jatuhan.
Uji kemasakannya dapat dilakukan dengan menggores kulit buah yang bersangkutan. Kalau bekas goresan berwana kuning atau coklat muda, itu tanda bahwa buah sudah masak betul.
Biji kepel tersusun melintang dalam buah. Sesudah dikupas dan dikeluarkan dari daging buahnya, biji-biji dicuci bersih agar bebas dari getah dan daging buah. Lalu dikering-anginkan di tempat teduh (tapi berangin), sampai kering sendiri.
Karena kulitnya tebal dan keras, biji perlu diampelas dulu. Jadi air penyiram di tempat pesemaian nanti mudah menembus dinding biji. Sedangkan tunas dari dalam juga mudah menembus keluar, dan cepat berkecambah nanti. Tidak usah semua dinding diampelas. Cukup bagian yang ada lembaganya saja.
Mula-mula biji dikecambahkan dalam kotak kayu berisi pasir bersih yang sudah diayak halus, setebal 5 cm, dan ditutup pasir setebal 5 cm juga. Sesudah berkecambah (kalau disirami setiap hari), biji yang sekarang disebut benih itu dipindahtanamkan ke bedengan pesemaian di lapangan. Tanah bedengan ini dicampur pupuk kandang dulu dengan perbandingan 1 : 1. Jarak tanam benih diusahakan 20 cm dalam barisan, dan 60 cm antarbarisan.
Setelah menumbuhkan 3 - 5 helai daun, tanaman yang sekarang disebut bibit itu dipindahtanamkan lagi ke dalam kantung plastik hitam bergaris tengah 30 cm, berisi campuran tanah, pupuk kandang, dan pasir halus dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Deretan bibit dalam kantung (sekantung satu batang) kemudian dirawat di bawah naungan pohon di kebun.
Sesudah tumbuh setinggi 0,5 m, bibit boleh ditanam dalam lubang penanaman yang permanen di kebun pekarangan, lahan tidur, atau lahan kritis.
Sesudah tumbuh setinggi 0,5 m, bibit boleh ditanam dalam lubang penanaman yang permanen di kebun pekarangan, lahan tidur, atau lahan kritis.
Lubang penanaman ini dibuat yang cukup dalam, yaitu 50 cm x 50 cm x 50 cm. Tanah lapisan atas yang digundukkan di suatu tempat dicampur pupuk kandang sebanyak dua kaleng (bekas) minyak tanah, sebelum dikembalikan ke lubang, setelah bibit ditanamkan. (Kantung plastiknya dirobek dan dibuang, tentunya).
Jarak tanam di kebun permanen ini 6 m kalau ditanam berbaris sebagai tanda batas, atau peneduh tepi jalan. Pohon kepel tidak lazim ditanam sebagai tanaman utama di tengah kebun, dengan jarak tanam segi empat atau segi tiga seperti rambutan misalnya, atau mangga manalagi.
Sesudah satu tahun berada di kebun, bibit itu diberi pupuk kandang sebanyak delapan kaleng (bekas) minyak tanah. Ini jatah setahun tiap batang. Pemupukan dilakukan pada awal musim hujan, kalau tanaman sudah melek dari "tidur istirahatnya" selama musim kemarau, dan ada air penyiram gratis dari langit.
Sesudah satu tahun berada di kebun, bibit itu diberi pupuk kandang sebanyak delapan kaleng (bekas) minyak tanah. Ini jatah setahun tiap batang. Pemupukan dilakukan pada awal musim hujan, kalau tanaman sudah melek dari "tidur istirahatnya" selama musim kemarau, dan ada air penyiram gratis dari langit.
Dua minggu sesudah dipupuk-kandang, bibit diberi pupuk kimia, campuran Urea 400 g, dubbel superfosfat 150 g, dan kalium sulfat 500 g. Setiap tahun selanjutnya, pemupukan semacam itu diulang lagi pada awal musim hujan.
Dengan pemupukan yang teratur seperti ini, tanaman yang kini disebut pohon itu (karena batangnya jelas hanya satu, dan baru bercabang di daerah atasan), akan berbuah pertama kali pada umur enam tahun. Batangnya baru bergaristengah 25 cm. Tetapi kalau sudah belasan tahun, dan tingginya sudah 20 m, garistengah batangnya bisa sampai 40 cm.
Buahnya dapat dipetik kira-kira empat bulan sejak berbunga. Musim buahnya dua kali setahun, yaitu Desember - Februari, dan Juni - Juli.
Buah di musim hujan Desember - Februari paling banyak, tetapi rasanya kurang manis karena kebanyakan air. Sebaliknya, buah di musim kemarau Juni - Juli, tidak sebanyak pada musim sebelumnya, tetapi rasanya lebih manis. (Slamet Soeseno)
Sumber: http://www.indomedia.com/
Sumber: http://www.indomedia.com/