Tabungan masikah menjadi pilihan?

23 Februari 2008

Kalau kita cermati saat ini, beberapa bank banyak menawarkan produknya. Mulai dari kredit berhadiah, deposito dengan bunga yang menarik serta tabungan. Menyoroti soal tabungan ada beberapa hal yang menarik. Kalau kita cermati hampir tidak ada produk tabungan perbankan yang murah. Banyak strategi bank untuk menutup biaya operasional maupun mencari keuntungan.
1. Biaya administrasi ang semakin lama semkin dan tidak dibarengi dengan kenaikkan suku bunga. Coba anda hitung berapa minimal dana anda yang tersimpan di bank untuk pulang pokok?


2. Pembebanan biaya atm dengan dalih efisiensi. Atm merupakan sarana bank untuk mempermudah konsumen dalam melakukan transaksi pengambilan dana. Untuk dapat menggunkan jasa ini tentu tidak murah. Anda akan diwajibkan membayar jasa Atm. Bagaimana kalau tidak ingin menggunakan ATM? Sebetulnya menggunakan atau tidak menggunakan adalah hak konsumen dalam hal ini nasabah. Kenyataan yang terjadi masyarakat yang ingin mengambil uang tidak melalui atm juga akan dikenai biaya "efisiensi"

Meskipun semboyan mari menabung masi bergema, tapi kalau kita lihat menabung sama dengan kegiatan konsumsi lainnya dan bukan kegiatan investasi. Meskipun begitu tidak ada salahnya kita menabung. Supaya anda dapat memilih bentuk dan jenis ada beberapa hal yang bisa anda gunakan sebagai acuan: pertimbangkanlah memilih bank yang sehat? Pertama, pendekatan analisa kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menilai kesehatan finansial bank melalui laporan keuangan bank yang dipublikasikan secara rutin di berbagai media cetak. Satu kelemahan yang sering kali menjadi gangguan adalah diragukannya keakuratan dari laporan yang diumumkan ke masyarakat luas. Kendati begitu, laporan ini minimal dapat menjadi patokan awal dalam menilai kesehatan suatu bank. Cara menilainya adalah dengan melihat atau membandingkan indikator finansial suatu bank dengan tolok ukur atau benchmark yang ada, misalnya dengan aturan yang berlaku atau dengan rata-rata indikator serupa pada bank-bank lain dengan skala yang sama. Beberapa indikator yang biasa diperhitungkan dalam penilaian kuantitatif, antara lain: CAR (Capital Adequacy Ratio), NPL (Non Performing Loan), ROE (Return on Equity), dan LDR (Loan to Deposit Ratio).

Kedua, pendekatan analisa kualitatif. Penilaian aspek kualitatif sebetulnya jauh lebih sulit. Kesulitan ini disebabkan oleh tidak adanya ukuran atau batasan baku. Dalam keadaan ekonomi normal, analisis kualitatif menjadi aspek analisis pelengkap dari analisis kuantitatif. Sebaliknya, dalam masa krisis, penilaian kualitatif dirasakan menjadi lebih penting. Dalam penilaian ini, dua pertanyaan penting yang selalu ditanyakan adalah, sudah profesional kah manajemen bank tersebut? Dan bagaimana tanggung jawab atau segi moral dari pemegang saham mayoritas maupun pejabat bank tersebut? Penilaian ini didasari oleh pentingnya profesionalitas dan integritas dalam mengelola dan mengatur dana masyarakat umum. Tidak heran bahwa masalah good corporate governance (tata pamong perusahaan yang baik) menjadi populer saat krisis mencuat. Beberapa hal yang bisa dijadikan pertimbangan kualitatif dan digunakan oleh nasabah untuk menilai kesehatan suatu bank, di antaranya: karakteristik dan integritas pemegang saham mayoritas, penyebaran kepemilikan saham bank, profesionalitas dan integritas manajemen bank, dan persepsi masyarakat terhadap bank tersebut.



Berkaitan dengan hal diatas, hal yang juga penting tetapi terkadang sering dilupakan adalah sistem bunga berbunga yang diberlakukan pada suatu bank. Untuk gampangnya, misalkan hari ini Anda berencana untuk menabungkan Rp 100 juta pada sebuah bank dan Anda merencanakan untuk tetap disiplin dan membiarkan tabungan Anda tersebut terus berbunga selama 10 tahun. Taruhlah tingkat bunga tabungan yang diberikan bank tersebut adalah 12% per tahun dengan sistem bunga berbunga (bunga majemuk). Sistem bunga majemuk ini berarti jumlah bunga pada suatu periode akan menambah nilai saldo yang dijadikan basis perhitungan bunga untuk periode berikutnya. Masalahnya, periode pembungaan secara majemuk yang digunakan bisa saja tahunan, setengah tahunan, bulanan bahkan harian. Hal ini perlu disimak karena penggunaan periode pembungaan yang berbeda pada bunga majemuk ini akan memberikan hasil yang berbeda pula. Berikut penjelasannya.

Pertama, bunga majemuk tahunan (Compounded Annually). Kembali pada contoh di atas nilai saldo tabungan Anda pada akhir tahun ke-1 akan menjadi Rp. 112 juta (Rp. 100 juta x (1+12%). Dengan menggunakan pendekatan Future Value yang telah kita bahas pada edisi pekan lalu, saldo Anda di akhir tahun ke-10 akan menjadi R. 310,58 juta [=Rp. 100 juta x (1+12%)10].
Kedua, bunga majemuk bulanan (Compounded Monthly). Dengan menggunakan sistem bunga majemuk bulanan ini, sesungguhnya Anda menabung selama 120 bulan (12 bulan x 10 tahun) dengan tingkat bunga sebesar 1% per bulan (12%/12). Diatas kertas saldo tabungan Anda pada akhir bulan ke-1 akan menjadi sebesar Rp. 100 juta x [1+(12%/12)] = 101 juta. Nah Rp 101 juta inilah yang akan dijadikan basis bunga majemuk untuk bulan berikutnya. Sehingga jika dikalkulasikan saldo tabungan tabungan Anda di akhir bulan ke-2 akan menjadi Rp. 101 juta x (1+1%) = 102,01 juta. Dan begitulah seterusnya sampai 120 bulan. Berapa jumlah saldo tabungan Anda di akhir tahun ke-10? Nah, secara umum, untuk bunga majemuk dengan periode pembungaan yang tidak sama dengan satu tahun akan berlaku formula : Future Value (FV) = Present Value (PV) x (1 + i/m) mxn . FV = nilai yang akan datang, PV = nilai uang Anda sekarang, i = tingkat bunga per tahun, m = jumlah periode pembungaan secara mejemuk dalam satu tahun, n = jumlah tahun.

Jadi dalam contoh bunga majemuk bulanan diatas, m = 12. Sehingga jika dikalkulasi jumlah saldo tabungan Anda setelah 10 tahun adalah sama dengan Rp. 100 juta x (1+12%/12)12x10 = Rp. 330,038 juta. Hasil yang Anda peroleh jauh lebih besar jika dibandingkan dengan bunga majemuk tahunan. Intisarinya, semakin singkat periode pembungaan majemuk ini akan semakin besar hasil akhir yang bakal diperoleh. Kalau kita kalkulasi bunga majemuk harian (compounded daily) dimana 1 tahun = 365 hari, maka nilai saldo tabungan Anda pada akhir tahun ke-10 akan menjadi Rp. 100 juta x (1+12%/365) 365 x 10 = Rp. 331,95 juta.
Nah, inilah yang dimaksudkan perhitungan bunga harian yang sering tawarkan bank-bank. Tetapi tidak semua bank akan menggunakan bunga harian seperti ini. Jadi, penting sekali bagi Anda untuk menanyakan lebih dulu perihal bunga-berbunga ini pada bagian pelayanan pelanggan sebelum membuka rekening tabungan pada sebuah bank, karena jelas sekali hasil yang diperoleh-pun akan berbeda.

  © Blogger template Nightingale by Pembuat template 2008

kembali keATAS