Manusia Dilarang Masuk!

03 September 2008

Setiap manusia dilahirkan bebas. Seperti hak dasar yang dimilik manusia, bebas untuk berbicara, hidup, dan banyak kebebasan yang lain termasuk tinggal di bumi ini.Kebebasan ini ada sejak manusia pertama dilahirkan.


Seberapa jauh kebebasan ini melekat pada pribadi tiap orang? Kebebasan manusia ada selama tidak mengganggu kebebasan manusia yang lain. Sejauh mana manusia lain tidak terganggu. Selama manusia itu hidup untuk melaksanakan haknya. Kalau begitu apakah manusia itu benar-benar bebas?

Pertanyaan ini menggelitik hati nurani saya ketika saya melihat sebuah tulisan begini "PEMULUNG DILARANG MASUK". Apa artinya? Jelas pemulung dilarang masuk ke dalam suatu wilayah yang ditulis dengan kalimat tersebut. Lalu bagaimana deskripsi pemulung itu, mengapa ada pekerjaan sebagai pemulung? Bukankah pemulung itu juga suatu profesi yang direstui oleh Sang Pencipta Jagad Raya ini?

Pemulung merupakan suatu pekerjaan, kalau saya bertanya kepada setiap orang siapa yang ingin jadi pemulun? Tidak ada yang menjawab bersedia begitu juga saya. Lalu bagaimana mereka bisa menjadi pemulung. Bukankah ada pekerjaan lain yang lebih menarik daripada pemulung.

Secara fakta kita tinggal di daerah yang masyarakatnya heterogen dengan bermacam-macam kebhinekaanya. Jumlah pekerjaan yang ada tidak mampu menampung semua penduduk yang ada di Indonesia. Yang memiliki modal bersyukurlah karena bisa menikmati fasilitas yang lebih baik dibanding dengan yang bermodal kecil atau bahkan tidak memiliki. Syarat pendidikan minimum pekerjaan pun juga tinggi. Sedangkan untuk mengeyam pendidikan tinggi harus mengeluarkan modal yang cukup besar. Modal yang cukup besar ini hanya dimiki oleh segelintir orang.

Pemulung demikian juga. Mereka juga tidak ingin menjadi pemulung, mereka juga memiliki cita-cita. Cita-cita yang kandas karena tidak memiliki cukup modal untuk meraih cita-cita demi mempertahankan diri di dunia ini. Lahan pertanian garapan di desa pun telah banyak beralih fungsi ke perkebunan, perumahan, pertokoan, jalan dan bentuk kapitalisme pembangunan yang lain. Dengan kata lain mereka tergusur karena nasib mereka.

Pemulung dilarang masuk begitu miris, sudah sulit mendapkan uang, harga barang naik, mencari rongsokan secara halal saja sulit. Tidak kah mereka bisa menikmati sedikit kehidupan yang lebih baik. Bersediakah kaum bermodal besar menyisihkan 1% penghasilan mereka bagi kaum yang demikian? Kiranya kalau seluruh warga negara Indonesia bemodal mau menyisihkan 1% dari penghasilan mereka untuk enyediakan modal kerja saya yakin kehidupan mereka akan menjadi lebih baik. Dan tidak ada lagi manusia yang dilarang masuk ditanah yang bukan diciptakan oleh manusia. Pernakah sang Pencipta melarang kita lahir dan tinggal di bumi ini?




  © Blogger template Nightingale by Pembuat template 2008

kembali keATAS